Thursday, January 24, 2008

Perjalananku 1

Ketika dalam pertemuan di rumah Pak Bamb 20 Januari kemarin Pak Harmanto menyampaikan tawaran peluang dari Parung Farm untuk mensuplai beras organic ataupun komoditas pertanian yang lain. Mendengar nama Parung Farm dan bisnis komoditas agrobisnis, ingatanku jadi mereview sebagian dari catatan perjalanan hidupku beberapa tahun yang lalu (waduh…nggaya rada mellow banget).

Sekitar tahun 2000-2003 aku emang menekuni agrobisnis di daerah Sukabumi. Barengan kakakku Danramil di wilayah sana yang lebih dulu nyemplung di bidang agrobisnis, aku bener2 belajar dari nol mulai dari teknik budidaya, manajemen produksi dan pemasarannya. Dalam perjalanannya ternyata bidang agrobisnis mengasyikkan juga, bahkan saat inipun terkadang aku masih rindu untuk bisa bersentuhan kembali dengan bidang tsb. Di dalamnya banyak hal yang bisa dipake untuk bertafakur atas kuasa Allah.

Awalnya emang cuma sekedar membantu kakak di kebunnya sendiri yang ditanami cabe, tomat, buncis, kapri juga sawi. Kemudian karena melihat hasil kerjaan kita bagus oleh salah satu pengusaha di sana kita diminta mengkoordinasi penanaman jagung hibrida sekitar 40 ha untuk mensuplai perusahaan pakan ternak di daerah Bogor. Selanjutnya kita juga diminta menanam cabe di lahan milik bank swasta, hasil produksinya juga menggembirakan. Gelinya saat itu aku jadinya lebih dikenal sebagai ‘tukang insinyur’ pertanian dibanding gelar kesarjanaanku yang Sarjana Sains.

Terakhir aku dikenalkan dengan seorang petinggi TNI tepatnya Kapuspen TNI saat itu, Marsda Graito Usodo. Beliau sempat heran juga ketika tahu dengan gelar kesarjanaanku tsb aku kerja di perusahaan boneka ekspor. Dan sempat menawari untuk kerja di Jakarta sesuai bidang ilmuku. Dengan referensi beliau sebenarnya aku dan istriku tinggal memilih pingin kerja dimana dan gaji berapa. Tapi karena dari awal aku nggak minat di Jakarta sehingga aku menolak (belagu yo sok ra butuh duit !!). Singkatnya, aku diminta mengelola agrobisnis sayuran dan bunga anthurium potong milik beliau.

Beliau orangnya sangat disiplin (maklum serdadu bo!). Banyak hal positif yang diajarkan ke aku termasuk ‘sama capeknya kenapa tidak jadi yang terbaik’. Tentang membaca dan belajar anakku juga kecipratan ‘virusnya’, sampai saat ini anakku menjadi’predator buku’ untuk menggantikan istilah ‘kutu buku’ sebab katanya istilah kutu terlalu kecil (kalo istilah ini yang ngajarin Helvi Tiana Rosa si pengarang muda itu). Pengetahuanku tentang budidaya dan manajemen produksi tanaman saat itu lumayan bertambah banyak (walaupun sepertinya masih kalah jauh dgn Mas Riza Solo), sebab beliau menyediakan banyak buku dan mengikutsertakan di pelatihan, salah satunya pelatihan kultur jaringan. Opo ora eman ilmune?. Sebenere ketika meninggalkan Sukabumi untuk balik ke Jogja ya eman ora eman. Tapi emang ada alasan yang mengharuskan aku sekeluarga untuk balik ke Jogja, biarpun saat itu Bu Graito sampe menangis menahan kepergian kami. Tapi bawa ilmu kan nggak berat, dan prinsipku kalo pun saat ini belum kepake lagi tapi ketika suatu saat ditularkan ke orang lain kan ‘nilainya’ lain. Jadi sampe saat ini aku nggak pernah bosan untuk belajar biarpun sesuatu yang baru sekalipun.

Pernah suatu kali pulang ke Cepu ngobrol dengan tetangga yang menanam semangka, maklum daerah Cepu termasuk penghasil semangka. Dia mengeluhkan tanaman semangkanya terlihat hijau subur tapi setelah berbunga rontok semua nggak jadi buah, ketahuan kan berapa kerugiannya. Ibarat pegawai PPL Pertanian (rada narsis!!) aku memberi komentar dan advis ke dia. Agak kaget dan surprise ketika mendengar penjelasanku sebab di kampung aku nggak pernah punya riwayat bertani. Setahunya dia aku juga bukan sarjana pertanian. Emang bukan kok !!

Intinya aku jelasin ke dia ada kesalahan dalam teknik pemupukan. Aku memberi analogi sama seperti orang makan bahwa sehari kita makan 3 kali itupun nggak nasi aja, harus ada sayurnya, lauknya, mungkin buahnya. Dan kebutuhan makan 3 porsi tsb tidak diberikan brek satu kali semisal pagi aja langsung 3 porsi. Maklum di daerahku biasanya kalo memupuk semangka sepertinya nggak pake takaran, yang penting banyak dan patokannya kalo tanaman hijau berarti pasti bagus. Padahal tanaman tidak hanya butuh nitrogen (urea dan ZA) tapi juga butuh phospor (TSP), kalium (KCl) yang ketiganya dikenal sebagai unsure makro utama, selebihnya tanaman juga butuh unsure mikro semisal seng, besi, kalsium dll. Penggunaan masing2 pupuk tsb bukan harus dalam jumlah banyak tetapi yang penting harus seimbang, termasuk pengaplikasiannya juga harus tepat. Kesalahan pemakaian bisa berakibat fatal bagi tanaman. Penjelasanku emang nggak sedetail itu mungkin malah mumet nanti dia. Pada prinsipnya tanaman butuh makan untuk tumbuh, berbunga kemudian berbuah. Ketika ada kekurang seimbangan di dalam proses tsb yang muncul seperti kasus yang dia ceritakan di atas. Maklum sebagian besar petani kita emang belum melek pengetahuan apalagi teknologi termasuk yang berhubungan langsung dengan pertanian yang dia geluti tiap hari. Sepertinya Mas Riza lebih paham kondisi petani kita, makanya usahanya untuk lebih memberdayakan petani biar petani kita lebih pinter, siiip tenan!!

Ketika tetanggaku tsb bisa mengerti penjelasanku dan kemudian di lain waktu memberi laporan positif hasil advisku tempo hari, betapa bahagianya diriku. Itulah nikmatnya berbagi.

Khusus tentang Parung Farm, sebelum aku intens di tempat Pak Graito aku sempat ditawari untuk ikut menjadi supervisor di sana khususnya untuk tanaman anggrek. Sekedar info Parung Farm emang lebih dikenal sebagai perusahaan agrobisnis yang memakai teknologi hidroponik dan aeroponik untuk sayuran. Tetapi di dalamnya dia juga mengembangkan anggrek (kebanyakan jenis dendrobium) mulai dari botolan (dia punya laboratorium kultur jaringan sendiri untuk pembiakan anggrek ini) sampai tanaman dewasa dengan wilayah pemasaran nggak cuma Jawa, tetapi juga Sumatra terbesar di Kalimantan.

Gimana temen2 TDA Joglo dengan tawaran Parung Farm kemarin, ada yang menyambut ?? ....to be continued!


No comments: