Friday, February 29, 2008

Mati

Innalillaahi Wainnailaahirojiuun…

Hari ini Gito Rollies, artis dan terakhir menjadi pendakwah meninggal dunia. Hari ini tentunya tidak hanya seorang Gito Rollies yang akan dikuburkan, maksud saya tiap hari selalu ada yang meninggal seperti halnya selalu ada yang terlahir.

Satu lagi bukti WAKTU mutlak menjadi rahasia Allah sebagai pemegang hak prerogative. Tidak hanya kematian, kemiskinan, kesuksesan, rejeki dll urusan waktunya hanya Allah Yang Maha Tahu. Sebagai hamba-Nya kita hanya dituntut berikhtiar dengan keyakinan dan keikhlasan sebab itu bagian dari syariah yang harus dijalani.

Satu catatan : kita terlahir dan hidup dalam kemiskinan bukanlah kesalahan, tetapi mati dalam kemiskinan itu baru kesalahan. Sebab Allah telah mengajarkan bahwa tiap waktu kita harus lebih baik dari waktu sebelumnya, bukan sama apalagi lebih buruk. Dan ketika waktu mati tiba, kita sudah tidak punya waktu lagi untuk memperbaiki.

Alangkah indahnya ketika kita mampu mengisi lembar demi lembar catatan hidup kita dengan kebaikan, kesuksesan sampai waktu ajal tiba. Kalaupun dalam perjalanan catatan kita ada yang buruk, segeralah diakhiri dengan kebaikan. Dan hendaknya kematian menjadi episode akhir yang happy ending, khusnul khotimah !!

Tuesday, February 26, 2008

Jangan Pernah Setori Saya

Semoga kutipan dibawah ini menjadi berita yang menggembirakan untuk perkembangan Indonesia ke depan dan kita doakan beliaunya selalu dilimpahi keberkahan dari-Nya, hingga keberkahannya juga menular kepada yang lain :

Pikiran Rakyat, Edisi 10 Februari 2008
RABU (30/1) lalu, Kapolda Jabar Irjen Pol. Drs. Susno Duadji, S.H.,M.Sc., mengumpulkan seluruh perwira di Satuan Lalu Lintas mulai tingkat polres hingga polda. Para perwira Satlantas itu datang ke Mapolda Jabar sejak pagi karena diperintahkan demikian. Pertemuan itu baru dimulai pukul 16.00 WIB. Dalam rapat itu, kapolda hanya berbicara tidak lebih dari 10 menit. Meski dilontarkan dengan santai, tetapi isi perintahnya "galak" dan "menyentak". Saking "galaknya", anggota Satlantas harus ditanya dua kali tentang kesiapan mereka menjalani perintah tersebut.

Isi perintah itu ialah tidak ada lagi pungli di Satlantas, baik di lapangan (tilang) maupun di kantor (pelayanan SIM, STNK, BPKB, dan lainnya). "Tidak perlu ada lagi setoran-setoran. Tidak perlu ingin kaya. Dari gaji sudah cukup. Kalau ingin kaya jangan jadi polisi, tetapi pengusaha. Ingat, kita ini pelayan masyarakat. Bukan sebaliknya, malah
ingin dilayani," tutur pria kelahiran Pagaralam, Sumatera Selatan itu.

Pada akhir acara, seluruh perwira Satlantas yang hadir, mulai dari pangkat AKP hingga Kombespol, diminta menandatangani pakta kesepakatan bersama. Isi kesepakatan itu pada intinya ialah meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yang tepat waktu, tepat mutu, dan tepat biaya.

Susno memberi waktu tujuh hari bagi anggotanya untuk berbenah, menyiapkan, dan membersihkan diri dari pungli. "Kalau minggu depan masih ada yang nakal, saatnya main copot-copotan jabatan," kata suami dari Ny. Herawati itu.
Pernyataan Susno itu menyiratkan, selama ini ada praktik pungli di lingkungan kepolisian. Hasil pungli, secara terorganisasi, mengalir ke pimpinan teratas. Genderang perang melawan pungli yang ditabuh Susno tidak lepas dari perjalanan hidupnya sejak lahir hingga menjabat Wakil Kepala PPATK (Pusat Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan). PPATK adalah sebuah lembaga yang bekerja sama dengan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) menggiring para koruptor ke jeruji besi.

Berikut petikan wawancara wartawan "PR" Satrya Graha dan Dedy Suhaeri dengan pria yang telah berkeliling ke-90 negara lebih untuk belajar menguak korupsi. Apa yang membuat Anda begitu antusias memberantas pungli atau korupsi? Saya anak ke-2 dari 8 bersaudara. Ayah saya, Pak Duadji, bekerja sebagai seorang supir. Ibu saya, Siti Amah pedagang kecil-kecilan. Terbayang 'kan betapa sulitnya membiayai 8 anak dengan penghasilan yang pas-pasan. Oleh karena itu, saat lulus SMA saya memilih ke Akpol karena gratis.

Nah, waktu sekolah, kira-kira SMP, saya punya banyak teman. Beberapa di antaranya dari kalangan orang kaya, seperti anak pejabat. Sepertinya, enak sekali mereka ya, bisa beli ini-itu dari uang rakyat. Sejak itulah, terpatri di benak saya, ada yang tidak benar di negara ini dengan kemakmuran yang dimiliki oleh para pejabat. Maka, saya sangat bersyukur bisa berperan memberantas korupsi saat mengabdi di PPATK. Itulah tugas saya yang paling berkesan selama ini karena bisa menjebloskan menteri, mantan menteri, dan direktur BUMN, yang memakan uang rakyat. Ada kepuasan batin. Pengalaman di PPATK itukah yang membuat Anda menabuh genderang perang melawan pungli saat masuk ke Polda Jabar?

Seperti itulah. Akan tetapi, harusnya diubah, bukan pungli. Kalau pungli, terkesan perbuatan itu ketercelaannya kecil. Yang benar adalah korupsi. Pungli adalah korupsi. Mengapa korupsi yang saya usung? Karena sejak zaman Majapahit dulu, korupsi itu salah. Apalagi, jika aparat hukum yang korup. Bagaimana kita, sebagai aparat hukum, bisa memberantas korupsi kalau kitanya sendiri korupsi.

Oleh karena itu, sebagai tahap awal, saya "bersihkan" dulu di dalam, baru membersihkan yang di luar. Bagaimana saya mau menangkap bupati, direktur, dan lain-lain kalau di dalamnya belum bersih dari korupsi. Kalau aparatnya korupsi, tamatlah republik ini.

Tahap awalnya biasa saja. Umumkan, lalu periksa ke atasan tertingginya, yaitu saya, selanjutnya keluarga saya. Setelah itu pejabat-pejabat di Polda. Baru kemudian ke kapolwil, kapolres, dan seterusnya.

Kenapa harus dimulai dari saya. Karena saya pimpinan tertinggi di Polda Jabar ini. Ingat, memberantas korupsi bukan dimulai dari polisi yang bertugas di jalan raya. Kalau di pemerintah, bukan dari tukang ketik, atau petugas kecamatan yang melayani pembuatan akte kelahiran.. Akan tetapi, dimulai dari pimpinan tertinggi di kantor itu. Artinya, saya sebagai pimpinan jangan korupsi. Bentuknya macam-macam, seperti mendapat setoran dari bawahan, setoran dari pengusaha-pengusaha, mengambil jatah bensin bawahan, atau mengambil anggaran anggota saya. Oleh karena itu, saya tidak akan minta duit dari dirlantas, direskrim, atau kapolwil. Tidak juga mengambil anggaran mereka, atau uang bensin mereka.

Jadi, kalau di provinsi, misalnya, ada korupsi, yang salah bukan karyawannya, tetapi gubernurnya. Memberantasnya bagaimana? Mudah saja. Tinggal copot saja orang tertinggi di instansi itu. Untuk program "bersih-bersih" itu, kira-kira Anda punya target sampai kapan? Secepatnya. Ya, dua-tiga bulan. Kalau tidak segera, bagaimana kita menunjukkan kinerja kepada rakyat. Kita tidak perlu malu dan takut nama kita jatuh kalau bersih-bersih dari korupsi di dalam. Kita tidak akan jatuh merek dengan menangkap seorang kolonel polisi atau polisi berbintang yang korupsi. Kalau perlu, tulis gede-gede itu di koran. Dan, anggota saya yang ketahuan korupsi, akan saya pecat. Jika memang saya harus kehabisan anggota saya di Polda Jabar karena semuanya saya pecat gara-gara korupsi, kenapa tidak. Apa yang harus ditakutkan.
Saya yakin, rakyat pasti senang kalau polisi bebas dari korupsi. Polisi itu bukan milik saya, tetapi milik rakyat. Saya justru merasa lebih tidak terhormat kalau memimpin kesatuan yang anggotanya banyak korupsi. Berbicara soal penanganan kasus korupsi. Betulkah mengusut kasus korupsi bagaikan mengurai benang kusut. Pasalnya, para penyidik tipikor Polda Jabar mengaku kesulitan mengungkap kasus korupsi dengan alasan perlu kajian yang mendalam atas bukti-bukti sehingga memakan waktu lama?

Hahaha.... (Susno tertawa lepas). Mengusut kasus korupsi itu jauh lebih mudah ketimbang mengusut kasus pencurian jemuran. Mengungkap kasus pencurian jemuran perlu polisi yang pintar karena banyak kemungkinan pelakunya, seperti orang yang iseng, orang yang lewat, dan beberapa kemungkinan lainnya.
Kalau kasus korupsi, tidak perlu polisi yang pintar-pintar amat. Misal, uang anggaran sebuah dinas ada yang tidak sesuai. Tinggal dicari ke mana uangnya lari. Orang-orang yang terlibat juga mudah ditebak. Korupsi itu paling melibatkan bosnya, bagian keuangan, kepala projek, dan rekanan. Itu saja. Jadi, kata siapa sulit? Sulit dari mananya. Tidak ada yang sulit dalam memberantas korupsi. Kuncinya hanya satu, kemauan yang kuat. Harus diakui, itu (memberantas korupsi) memang susah karena korupsi itu nikmat. Apalagi, saat memegang sebuah jabatan. Contohnya saja posisi kapolda. Siapa sih yang tidak mau jadi kapolda.
Ibaratnya, tinggal batuk, apa yang kita inginkan langsung datang. Pertanyaannya, mau atau tidak terjerumus di dalamnya (korupsi). Kalau saya, jelas tidak. Itu hanya kenikmatan duniawi sesaat saja. Untuk apa sih duit banyak-banyak hingga tidak habis tujuh turunan. Gaji saya saja
sekarang sudah besar. Mobil dikasih. Bensin gratis. Ada uang tunjangan ini-itu. Sudah lebih dari cukup. Anak-anak saya juga sudah kerja semua. Bahkan, gajinya lebih besar dari saya.

Lalu, langkah apa yang akan Anda buat agar Polda Jabar giat mengungkap kasus korupsi?
Seperti saya katakan tadi, bersih-bersih dulu di dalam. Jika sudah bersih di dalam, baru membersihkan di luar. Dan kasus korupsi akan menjadi salah satu target kami. Kami akan genjot pengungkapan kasus korupsi biar Jabar bergetar. Untuk itu, kami akan berkoordinasi dengan PPATK untuk mengusut kasus-kasus korupsi di Jabar yang melibatkan pejabat publik. PPATK pasti mau membantu asalkan anggota saya bersih dan bisa dipercaya. Kita juga bisa diberi kasus-kasus. Kalau tidak bersih dan tetap "bermain" bagaimana bisa dipercaya. Kalau orang sudah percaya sama kita, maka banyak kasus yang masuk.

Akan tetapi, bukan karena basic saya di korupsi sehingga korupsi digenjot. Kasus lainnya juga dikerjakan. Dan, untuk itu harus tertib administrasi, salah satunya dengan membuat sistem pelaporan perkara berbasis IT yang terintegrasi dari polsek hingga ke polda. Untuk apa?
Agar kita tahu setiap ada perkara yang masuk. Jadi, alangkah bodohnya seorang kapolda jika tidak mengetahui jumlah perkara di jajarannya. Kalau jumlahnya saja tidak tahu, bagaimana tahu isi perkaranya. Dalam sistem pelaporan perkara tersebut, nantinya ada klasifikasi perkara. Perkara mana yang porsinya polda, polwil, polres, dan polsek. Untuk polda, misalnya kasus teror dan korupsi. Soal laporboleh di mana saja. Kita juga harus mempertanggungjawab kan hal itu ke pelapor dengan mengirim surat kepada pelapor bahwa kasusnya ditangani oleh penyidik
ini, ini, dan ini. Kemajuannya dilaporkan secara berkala. Ini akan menjadi standar penilaian untuk penyidik. Dan kapolda mengetahui semua ini karena sistemnya ada sehingga tidak pabaliut. Saya paling tidak suka yang pabaliut-pabaliut. Mungkin, bagi sebagian orang, pabaliut itu enak karena sesuatu yang tidak tertib administrasi itu paling enak untuk diselewengkan. Benar tidak?

Langkah Anda memberantas pungli dan korupsi di tubuh Polda Jabar kemungkinan akan memberi efek pada pengungkapan kasus dengan alasan anggaran yang minim. Menurut Anda?
Kalau kita pandang minim, pasti minim terus. Kapan cukupnya. Kalau anggaran sudah habis, jangan dipaksakan memeras orang untuk menyidik. Mencari klien yang kehilangan barang di sini, memeras di tempat lain. Siapa yang suruh? Bilang saja sama rakyat, anggaran kita sudah habis untuk menyidik. Kita tidak perlu sok pahlawan. Perilaku memeras atau menerima setoran itu zaman jahiliah. Tidak perlu ada lagi anggota setor ke kasat lantas atau kasat serse, lalu kasat
serse setor ke kapolres, dan kapolres setor ke kapolwil untuk melayani kapolda. Jangan pernah setori saya. Lingkaran setan itu saya putus agar tidak ada lagi sistem setoran.
Bukan zamannya lagi seorang kapolsek, kapolres atau kapolwil bangga karena mampu membangun kantornya dengan megah. Dari mana duitnya kalau bukan dari setoran orang-orang yang takut ditangkap, seperti pengusaha judi, dan penyelundupan. Tidak mungkin dari gaji, wong gajinya hanya Rp 5-6 juta.
Menurut saya, anggota yang melakukan itu hanya satu alasannya, ingin kaya. Kalau ingin kaya, jangan jadi polisi, tetapi jadilah pengusaha. Sikap Anda tersebut kemungkinan memunculkan pro dan kontra di lingkungan kepolisian? Lho, kenapa harus jadi pro dan kontra. Peraturannya sudah jelas mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh. Korupsi jelas-jelas dilarang dan ancamannya bisa dipecat. Jadi, tidak perlu diperdebatkan. Titik.
Bagi saya, siapa yang menjadi pemimpin harus mau mengorbankan kenikmatan dan kepuasan semu. Nikmat dengan pelayanan, dengan sanjungan, serta nikmat dengan pujian palsu. Malu dong bintang dua jalan petantang-petenteng , tetapi anak buah yang dipimpinnya korupsi dan
memberikan pelayanan tidak sesuai dengan standar. Malu juga dong kita lewat seenaknya pakai nguing-nguing (pengawalan) , sementara rakyat macet. Itu juga korupsi. Polisi yang korup sama saja dengan melacurkan diri. Jadi, kalau saya korup dengan menerima setoran-setoran tidak jelas, apa bedanya saya dengan pelacur. ***

Monday, February 25, 2008

Aku telah RESIGN !!!

Akhirnya aku harus mengkonfirmasi tentang Resign-ku. Sebenarnya aku nggak pingin woro2 dulu, sebab nggak enak sama Mas Hadi n Pak Ramli he he… yang akhir2 ini detik2 menuju 1 Maret begitu gegap gempita mengalahkan 1 April tahun lalunya Mas Yoyok adik Mas Hadi sendiri. Kuatir dianggep nyalip kiwo !

Niatan untuk resign dari kerjaan kantor sepertinya menjadi menu wajib bagi member TDA. Hanya saja esensinya kan tidak sebatas KAPAN. Dan masing2 situasi dan kondisinya berbeda-beda. Ada yang menempuh revolusi, tetapi banyak yang menempuh evolusi menjadi amphibi dulu. Awalnya aku memilih cara kedua dengan harapan ladang TDA-ku subur dulu. Dan ketika melihat cashflow perusahaan yang agak seret, malah ada yang nyaranin nunggu di PHK aja, lumayan dapet pesangon (kalo ini alasannya kok rasanya lebih kurang manusiawi). Cara kedua ini memberi keraguan dalam perdebatan batin bahwa aku ‘SELINGKUH’. Terlebih bidang yang aku pilih juga sama dengan bidang kerja TDB-ku yaitu natural fashion bags. Untuk bidang yang beda aja ketika jam kantor kita menggunakan waktu semisal untuk main game (dengan alasan refreshing), berpikir atau menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi sebenarnya secara hakikat itu curang dan tidak berkah.

Dari sudut pandangku mungkin aku bisa memberi argumentasi kebenaran pilihan caraku baik tentang konsentrasi perusahaan yang mulai terasa bias, hak2-ku dsb, tetapi dari sudut pandang sebaliknya bagaimanapun aku ada yang kurang pas. Ini tentunya kurang berkah bagiku dan keluargaku. Tetapi saat itu untuk langsung TDA, terus terang sempat ragu. Banyak pertimbangan2 yang ternyata itu semakin memperpanjang waktu dan artinya aku membiarkan diriku berada pada posisi dilematis karena ketidakberkahan tadi.

Allah punya cara tersendiri untuk menyelamatkanku dari perasaan dilematisku ini. Diawali aku invite salah satu temen untuk menjadi member TDA Joglo, akhirnya singkat cerita (maaf disensor sebab ngga etis diceritakan) pimpinanku mengetahui per’selingkuhan’ku. Ketika dikonfirmasi saat itu juga aku mengajukan resign. Beruntung order kantor nggak banyak dan dari kantor sendiri ada rencana untuk berganti dari manufacture menjadi trading, maka sebagai penanggung jawab produksi nggak ada yang secara spesifik harus saya serah terimakan ke calon pengganti, karena emang nggak ada yang mengganti.

Beragam komentar menanggapi proses resignku tadi, baik temen2 di dalam ataupun di luar kantor. Ada yang sebagian yang menyalahkan temen yang melaporkan ke pimpinan tentang per’selingkuhan’ku tadi tanpa konfirmasi ke aku dulu. Ke temenku yang menilai begitu, aku jelaskan dan tegaskan, bahwa temen kantorku telah bertindak benar sebagi staf kantor (aku tidak perlu menilai sudut pandang sebagai teman, khawatir subyektif), dan Insya Allah aku malah harus berterima kasih kepadanya, sebab kalo nggak begitu bisa jadi entah sampe kapan aku masih membiarkan diriku ber’selingkuh’, artinya juga aku membiarkan istri dan anakku ikut menikmati ketidakberkahan tadi.

Ketika malamnya hati2 aku ceritakan keputusanku ke istriku, awalnya sempat kaget tapi setelah aku jelaskan hikmah atas keputusan itu terutama Insya Allah tentang keberkahan tadi, seperti biasa dia menjawab :

“Aku yakin Insya Allah apa yang Ayah pilih benar terlebih pingin menjaga keberkahan untuk keluarga, tapi Ayah punya PR untuk segera mewujudkan rencana2 Ayah sebab ketuhan kita semakin bertambah dan anak2 kita juga semakin besar”

Aku peluk istriku atas kesabaran dan ketulusannya. Subhanallah….sungguh karunia yang amat sangat dahsyat aku dititipi Allah seorang istri dan ibu anak2ku yang begitu sabar dan tulus, tetep memberi support biarpun pilihan TDA-ku belum memberi hasil financial yang menggembirakan. Aku juga entah untuk yang keberapa ratus kali mungkin, memohon maaf nantinya rasa ketidaknyamanan dia menghadapi pertanyaan keluarga (maklum di keluarga mertuaku karyawan minded, berbeda di keluargaku yang sangat mensupport pilihan berusaha sendiri) termasuk mungkin pertanyaan temen2 kantornya.

Rasanya sekarang lebih plong, aku sudah tidak terikat waktu hingga aku bisa ngikut acara Goes To Campus, ataupun nantinya acara2 yang lain. Bisa konsen terhadap planning usaha tanpa dibarengi rasa bersalah.

Allahu Akbar ! aku telah dilimpahi istri dan anak yang Insya Allah sholihah, dilimpahi temen2 TDA yang super dahsyat, yang langsung memberi ucapan selamat atas resign-ku. “Welcome to the Junggle!” kata Mas Awan Laundry. Pikirku aku nggak mau ke hutan mas, sebab hutan sekarang udah pada rusak, nggak banyak yang bisa dijual, aku mending ke supplier aja membuat sample2 baru untuk tasku, terlebih ada rencana kolaborasi dengan Thom Batik dan Mbak Evi, Insya Allah nggak cuma Indonesia!

Aku menata energiku untuk menuju planning usahaku, pertama tetep natural product terlebih beberapa waktu lalu ada respon dari Batam, dia juga bisa punya akses ke Malaysia dan Singapura, moga2 aja deal order. Juga permintaan reseller dari temen2 TDA. Insya Allah jalan semakin lebar.

Karena handycraft amplitudo cashflow-nya biasanya ekstrim, artinya saat high session dan low session sangat timpang, maka aku juga menyiapkan usaha yang mempunyai cashflow harian, tunggu tanggal mainnya yang jelas sudah pesan tempat di jalur Jalan Kaliurang.

Bener2 di TDA kita tidak sendiri. Dan aku tetep ….Insya Allah menuju pribadi yang semakin punya ARTI !

Antara A sampai Z

Saya yakin seyakin-yakinnya (walah opo meneh iki !) bahwa diantara kita pernah merasa berdoa kepada Allah. Hanya saja terkadang Allah Yang Maha Tahu memberi jawaban lain kepada kita. Lantas gimana donk?

Allah telah menjanjikan bahwa SEMMMUUAAA doa hambaNya akan dikabulkan. Emang ada yang cash, di-pending, bahkan ada yang di-pending n dibayar nanti di akherat. Kelamaan donk ! (astagfirullah…!!)

Nggak mudah untuk meyakini janji Allah seperti itu. Terlebih seringkali kita sendiri secara hakikat nggak tahu persis apa yang sebenarnya kita inginkan dan butuhkan. Dengan bahasa lain sebenarnya apa yang baik menurut kita terkadang belum tentu baik menurut Allah, juga sebaliknya. Dan rasanya tak pantas kalo kita memprotes keputusan Allah, siapa sih elo? (kaya iklan rokok aja). Tetep saja hak prerogative ada di Tangan Allah, logikanya lagian minta kok maksa, terserah yang ngasih donk, tull nggak ?!

Tempo hari saya diberi pencerahan, semoga juga bermanfaat untuk renungan kita semua.

Ilustrasinya ketika kita minta A, terkadang Allah memberi Z. Secara hakikat tentulah pilihan Allah yang paling tepat untuk diri kita. Sekali lagi tidak mudah untuk meyakini ini!.
Kita merasa Allah memberi sesuatu yang bertolak belakang dengan yang kita inginkan. Sebab mindset dan believe kita telah mempercayai bahwa dari A ke Z terlalu panjang jaraknya sebab harus melewati B, C, D dst, jadi singkong diragiin, tapee deehh!!

Coba kalo sudut pandangnya kita rubah. Jangan bayangin B, C, D sampe Y, emang ini akan terasa panjang. Bagaimana kalo Z ke A lebih dekat dibanding Z ke O atau ke L. Bingung ?!

Kalo jawabannya Ya! Karena bisa jadi mindset kita tetep seperti yang pertama tadi dari Z harus berjalan mundur ke Y, X, W sampe B baru ke A. Bukan setelah Z bisa langsung kembali ke A !!

Masih bingung ?! Saya saranin kalo posisi Anda di Pulau Jawa berjalanlah ke arah selatan dan jangan berhenti sampe ketemu air asin yang berombak. Tambah bingung juga ! Ke laut ajaaaaaaaa!!!!!!

Goes To Campus STIE YKPN Jogja

Ngikut laporan acara Goes To Campus TDA Joglo di STIE YKPN tempo hari ah! Cuma sorry nggak ada photonya mungkin di Pak Bambs ato yang lain.

Sabtu, 23 Februari 2008 jam 11.50 aku masih di bengkel servis Smash biruku yang alhamdulillah bulan ini lunas kredit (he he akhirnya aku dapet BPKB, artinya aku punya cadangan modal. Pas resign pas lunas tanggungan kredit he he). Sesaat setelah kelar servis Pak Bambs calling nanyain jadi ikut GTC nggak? Jelas aja aku bilang wait the minute dah OTW nih!

Bener aja nyampe rumah Pak Bambs temen2 dah pada ngumpul (Awan Laundry, Hatta Pulsa, Thom Batik, Guk Seta, Mas Pipit juga mbak Evi apa ya ?). Mereka berphoto ria di depan rumah pak Bambs, nggak tahu mereka meninggalkan obyek yang bagus yang sedang ganti kostum!! Sejenak kemudian Mas Ichsan Manfaat datang, OK akhirnya bersembilan kita meluncur dua mobil ke Kampus STIE yang megah.

Jam 13.30an, acara Workshop Enterpreneur dimulai diikuti sekitar 70an peserta dari kampus STIE, UII, UPN dan SBI. Biasa…. Perkenalan Tim TDA Joglo yang dipandu Guk Seta. Setelah perkenalan, Guk Seta memancing pertanyaan ke peserta ‘Apa sih yang dimaksud ekonomi Islam?’ sebab emang tema seminar sebelum acara workshop ini tentang ekonomi Islam. Beragam jawaban dari peserta. Kemudian Guk Seta menawarkan sejumlah uang ke peserta siapa yang mau langsung maju ke depan. Sesaat peserta ragu dengan tawaran ini, setelah diyakinkan itu tawaran beneran akhirnya empat peserta maju. Oleh Guk Seta uang yang ternyata 30rb (sepuluh ribuan dan 4 lima ribuan) diberikan kepada peserta pertama yang maju, yang tiga orang kembali.

Kepada penerima uang ini Guk Seta menanyakan maukah yang limaribuan tadi dibagikan ke peserta lain. Akhirnya yang limabelas ribu dibagi, dan dijanjikan yang limaribu sepulang dari workshop diberikan ke pengemis di jalan.

Setelah rangkaian tadi, Guk Seta baru memberi deskripsi bahwa kira2 begitulah Komunitas TDA secara simple menterjemahkan ekonomi Islam. Selaras dengan visi TDA untuk bersama menebar rahmat, juga visi memberi dan melayani.

Dalam kehidupan riil ternyata tidak semua orang mau mengambil peluang, biarpun peluang tsb sudah nyata di depan mata (digambarkan tawaran uang tadi). Dan ketika telah berhasil menangkap peluang hendaknya juga mau berbagi dengan memberikan sebagian hasil ke orang lain. Dalam hal ini tentunya berbagi tidak harus selalu berupa uang, sharing ilmu dan pengalaman pun sebenarnya telah mengaplikasi visi di atas. Syukur mampu berbagi keduanya. Visi melayani bisa digambarkan dengan mengantarkan langsung lembaran limaribuan tadi ke peserta lain.

Atas deskripsi ini para peserta merasa lebih ngeh dengan gambaran Komunitas TDA, banyak diantaranya yang mengangguk-angguk.

Setelah perkenalan, peserta dibagi dua kelompok, yang satu mengikuti main game dipandu Mas Hatta, satunya tetep di ruangan nonton film The Apprentice dipandu Guk Seta.

Ada dua sesi game yang dimainkan bergantian antara kelompok satu dan kedua. Game pertama simulasi proses produksi dan kedua tentang Darst Market. Semua peserta terlihat antusias. Dan dari kesan2nya mereka sangat menikmati betul game tadi.

Terakhir ketika, kesan dari salah satu panitia malah mengkritisi cara game tadi dimainkan terutama untuk game kedua dimana untuk menggambarkan persaingan pasar para peserta yang telah dibagi lima kelompok bersaing memperebutkan pasar dengan melempar permen ke tiga kotak yang disediakan. Secara esensi menurut panitia tadi emang nggak ada masalah tapi ketika caranya dilempar ke kotak tadi dianggap sebagai praktek untung2-an bahkan dia menukil khadis nabi yang melarang praktek untung2-an dengan melempar panah sebagai salah satu bagian dari judi.

Kami hanya bisa saling senyum, tanpa merasa perlu beradu argument dengan panitia tadi. Akhirnya acara ditutup sekitar jam 17an.

Oya, ketika acara berlangsung Mas Yanuar dan Mas Trimuriana datang menyusul. Selesai acara kami meluncur kembali ke rumah Pak Bambs, dan telah disiapkan nasi beserta teman2nya. Sebab oleh panitia ternyata cuma diberikan snack nggak nendang deh, makanya langsung aja diserbu abisss bisss terlebih si Thom dengan badan segedhe itu yang dari siang sudah pucet gemeteran…. he he sorry Thom jadi obyek yang dideritakan lagi.

Selesai makan aku, Thom dan Mbak Evi berembug untuk kolaborasi membuat sample produk natural dikombinasi dengan batik, hasil produknya bisa jadi sandal sleeper, dompet (clutch) atau item lain. Pembaca yang budiman, nantikan episode lanjutan kolaborasi yang Insya Allah dahsyat ini.

Sekitar jam 19.15 aku pamit dan ternyata diamini temen2 yang lain, aku harus meluncur ke Wonosari, nyusul anak istri yang udah berangkat siangnya ke rumah Eyang Uti. Capek sih tapi Uaaasyiik pollll !!!

Friday, February 8, 2008

Inspirasi

"KEMARIN sudah lewat, ESOK belum tentu datang, kesempatan kita HANYA HARI INI"
"Adalah GILA jika menginginkan mendapatkan sesuatu yang BERBEDA, tetapi tiap waktu melakukan sesuatu yang selalu SAMA"

"Mustahil mendapatkan KESUKSESAN jika setiap waktu pikiran dan otak kita disesaki kekahawatiran KEGAGALAN"