Monday, May 5, 2008

Keep Smiling !

(Gambar aku copy dari Blog Pak Nano)

Apapun yang terjadi usahakan KEEP SMILING ! Insya Allah ini juga bagian dari ekspresi syukur kepada Allah, sekaligus media bersedekah kepada orang lain.

Sejelek dan se-wagu apapun ketika kamu senyum, tentulah lebih menyenangkan dilihat dibanding ketika kamu cemberut.

Dalam NLP diajarkan "motion create emotion, emotion create motion".

Memaksa Diri untuk Syukur Menuju Ikhlas & Sabar

Maaf bukan sok serius, juga bukan sok menggurui, Insya Allah ini lebih sebagai refleksi dan koreksi diri menghadapi perkembangan termasuk perkembangan bisnisku akhir2 ini.

Allah telah menjanjikan barang siapa yang mampu bersyukur atas-Nya, maka akan ditambah nikmat-Nya. Begitupun bagi siapa yang mampu ikhlas, dalam firman yang lain dijanjikan akan dilipatgandakan nikmat-Nya. Lebih top markotop lagi bagi siapa yang mampu sabar, maka Allah akan bersamanya. Subhanallah ! sebuah reward yang amat sangat pasti kebenarannya.

Tataran aplikasi ketiga hal di atas tidaklah cukup di mulut yang terucapkan, tetapi lebih kepada hati yang terhubung langsung ke Sang Khalik. Dan yang berhak menilai juga bukan manusia siapapun dia, tetapi bener2 hak prerogative Allah sebagai penilai yang hakiki. Tolok ukur waktunya juga bukan hanya saat melakukan, tetapi juga setelahnya sampai seluruh catatan amal ditutup, dengan kata lain MATI. Sebab bisa jadi saat melakukan telah memenuhi kriteria ketiga hal di atas, tetapi ketika setelahnya ujub / riya’ (sombong) ataupun menggerutu yang merupakan conoth komponen penggugur ketiga hal di atas, maka secara otomatis juga akan gugur catatan amalan baik tersebut, kecuali setelahnya segera dibarengi permohonan ampunan. Tentulah ini tidak mudah, terlebih ini bukan bahasa pikir tetapi bahasa hati.

Kok serius amat sih? Ini bagian dari refleksi dan koreksi diri, termasuk menyikapi perkembangan bisnis dan berkomunitas.

Dalam bisnis siapapun lebih seneng untung dibanding buntung (stupid statement ya he he). Masalahnya bagaimana kita mampu mempersiapkan mental diri untuk menghadapi buntung. Belajar kepada orang yang telah lebih dulu berbisnis bagaimana kiat2, tip dan trik menuju sukses bisnis emang salah satu cara menghindar dari buntung. Asal saja jangan tanya kepada Om Bob Sadino, Anda akan kecewa kalo mengharap beliau menjawab runut tentang kiat, tip ataupun trik beliau sukses dalam bisnisnya sekarang, tetapi mungkin Anda akan didamprat habis2an :

“Enak aja lu, terlalu manja, dan hanya pingin jalan pintas kalo bertanya seperti itu. Semuanya sudah ada skenarionya dari Sang Khalik, jalani semua proses, nikmati, syukuri yang telah diberi!” Nah lho ….! dan ujung-ujungnya juga tetap ikhlas dan sabar menjalaninya.

Tidak salah belajar dan berguru kepada orang lain, diwajibkan malah. Tetapi pada dasarnya yang tak kalah penting perlunya inner mentor dari diri pribadi. Walaupun ini juga memerlukan prasyarat jam terbang dan ibarat pisau untuk bisa tajam tidak cukup diasah hanya sekali dua kali, tetapi berkali-kali dan istiqomah (baca : kontinyu tetapi terukur)

Di dalam berbisnis keuntungan yang sudah didepan mata dan tinggal mencaplok, seringkali dengan mudah lepas blas ! begitu saja. Apapun alasan yang menyebabkannya. Mungkin kita bisa memberikan evaluasi diri setelahnya (kalo emang kita mau, dan tidak buru2 men-justifikasi sebagai kesalahan orang lain). Tetapi kalo mau ingat, sekali lagi secara hakikat baik dan buruk, untung dan rugi tentunya semuanya kuasa tangan Tuhan yang menciptakan.

Maaf, khusus masalah ikhlas, saya pribadi bisa melakukannya hanya ketika kentut, be’ol, kencing ataupun ketika orgasme saat berjima’. Itupun belum tentu dibarengi syukur, apalagi sabar. Lho ?! Ya iyalah, sebab seringkali yang dilupakan etika, adab yang telah dituntunkan Allah lewat Nabi. Jelasnya apakah kita mengucapkan doa sebelum dan setelahnya, mengingat kuasa Allah yang telah menitahkannya, dan seterusnya.

Kita tidak pernah dilarang untuk bertafakur (baca : berfikir atas kuasa Ilahi), bahkan dianjurkan untuk belajar khususnya ilmu ikhlas dari hal2 yang mungkin terdengar saru di atas. Salah satu tolok ukur ikhlas adalah rasa plong, lega, puas tanpa rasa eman (sayang) yang dibuat2 terlebih dipaksakan, tanpa tendensi dan pamrih kepada siapapun kecuali kepada yang di atas. Sekali lagi ini bukan tataran bahasa mulut yang terucap, tetapi bahasa hati yang terhubung langsung ke Ilahi Rabbi.

Sekali lagi juga, ini bagian dari koreksi dan evaluasi diri. Order Rattani pertamaku yang secara teoritis matematis bernilai lebih kurang 20 jutaan lebih harus aku cut karena ada beberapa hal yang membuatnya harus diambil keputusan seperti itu. Karena yang mengambil keputusan lebih ke-aku, maka kau harus mengembalikan down payment yang aku terima, sebenarnya telah aku pake beli bahan utamanya kulit. Makanya untuk orang seperti aku, maqomku (tingkatanku di mata Allah) baru mampu memaksa diri untuk syukur menuju ikhlas dan sabar. Mohon diiringi doa temen2 semua. Lagian juga masih ada jutaan bahkan milyaran nilai yang telah dan akan dilimpahkan Allah kepadaku yang demi Allah belum semuanya bisa aku syukuri.

Emang akan ada koreksi dan evaluasi sebagai bagian dari catatan hikmah positif, tetapi secara hakiki inilah proses dan skenario yang tinggal menjalani, dan semua ini tidak akan berhenti sebelum mati !.

Sebab hakikat hidup adalah resiko, tujuan hidup beribadah kepada Allah, dan tempat hidup pada ketaatan dan ketawadluan kepada-Nya. Jalani saja ! Dan ketika kita minta air, maka Allah akan memberikan lautan, tergantung apakah kita akan pake sendok, gelas, ataupun ember untuk mengambilnya. Ketika minta kayu, maka Allah akan memberikan hutan, terserah kita juga mau pake apa mengambilnya.

(Kalo ada pembaca yang terinspirasi kemudian juga mampu terkoreksi dan melakukan evaluasi diri atas tulisan ini, Subhanallah ! Insya Allah malaikat di pundak kananku akan mencatatnya sebagai sebuah amal kebaikan. Semoga !)