Monday, March 31, 2008

Setengah Malam Bersama Pak Yusef Hilmi

Dari tulisan Pak Yusuf (http://madurejo. wordpress. com)

Bila niat untuk memulai sebuah usaha atau bisnis sudah muncul (niat untuk menjadi TDA), tetapi kebingungan hendak memulai dari mana atau mau menggarap bidang apa, maka salah satu langkah yang bisa ditempuh adalah menemukan apa yang sebenarnya menjadi kesukaan kita.
Kesukaan yang benar-benar kita sukai (sebab ada kesukaan yang sebenarnya tidak atau belum benar-benar kita sukai atau masih ”terkontaminasi” dengan kesukaan orang lain yang sepertinya kita juga menyukainya) .
Dalam istilah sekarang, kita sering menemui istilah : bisnis bermula dari hobi atau hobi yang dikembangkan menjadi bisnis.

Bila sesuatu itu benar-benar kita sukai dan telah menyatu kedalam ruh atau jiwa dalam keseharian kita, maka biasanya kita rela untuk melakukan apa saja demi sesuatu yang kita sukai itu. Seringkali kita rela berkorban waktu, tenaga dan pikiran, bahkan tidak merasa sayang untuk mengeluarkan biaya demi kesukaan kita. Menghasilkan keuntungan atau tidak, acapkali bukan menjadi ukurannya.

Setelah itu, tahap selanjutnya adalah mencari celah dan kemungkinan (lebih tepat disebut peluang) bagaimana mendayagunakan agar kesukaan kita itu bisa menghasilkan uang atau keuntungan. Sekedar mengambil contoh : seorang yang sukanya bicara, kemudian mengembangkan diri sebagai pembicara atau pengajar.
Seorang yang hobi menjahit atau menyulam, kemudian mencoba menjual hasil karyanya sendiri atau menghimpun karya orang lain untuk dijualkan. Seorang yang hobi mengutak-atik komputer, lalu menjual jasa reparasi atau membuka kios komputer dan asesorisnya. Dan, masih ada ribuan contoh lainnya.

Demikian salah satu butir yang disampaikan oleh Pak Yusef J. Hilmi, seorang trainer Mindset Motivator dalam salah satu kesempatan ngobrol-ngobrol dengan komunitas TDA (Tangan Di Atas) di Yogyakarta, hari Kamis malam (27 Maret 2008) yang lalu.
Setidak-tidaknya, Pak Yusef yang memang hobi bicara, bercerita dan ngobrol ini, bercerita tentang pengalamannya sendiri. Bagaimana beliau yang sebelumnya adalah seorang PNS lalu nekat banting setir hingga akhirnya menjadi seorang trainer dan pembicara yang tergolong sukses. Terbukti hingga saat ini beliau kesulitan mencari waktu kosong, karena jadwal permintaan untuk mengisi berbagai forum pelatihan dan pengembangan terus berdatangan.

Hal kedua yang ingin ditekankan oleh Pak Yusef adalah hendaknya jangan ”pelit” untuk berbagi. Meski keahlian atau keterampilan atas apa yang mula-mula menjadi kesukaan kita itu bisa mendatangkan uang, kita tetap perlu membagikan dan memberikan kepada siapa saja yang
membutuhkan keahlian atau keterampilan itu (dalam konteks membantu orang lain, yang dalam terminologi agama sering disebut dengan sedekah). Meski terkadang tidak dibayar dan bahkan malah nombok. Hal yang terakhir itu hanya mungkin dilakukan jika keahlian atau keterampilan itu memang berasal dari sesuatu yang memang kita sukai, sesuatu yang telah menjiwa dalam
diri kita.

Hanya dengan memberi maka kita boleh berharap akan menerima. Semakin banyak memberi maka semakin kita boleh berharap untuk menerima lebih banyak lagi.
Jangan menunggu untuk mempunyai lebih dahulu, baru merencana untuk memberi. Sebab, menjadi sifat manusia yang tidak pernah merasa cukup untuk mempunyai, hingga akhirnya dikhawatirkan malah menjadi tidak pernah memberi apa-apa. Memberi sebagai perwujudan dari upaya menebar rahmat kepada alam sekitar kita, tidak perduli siapapun atau apapun yang ada di sekitar kita itu.

***

Beruntung sekali saya sempat bergabung dengan teman-teman dari komunitas TDA Joglo (Jogja, Solo dan sekitarnya). Sebagai warga baru di komunitas TDA, kesempatan untuk bertemu dan berdiskusi dengan Pak Yusef Hilmi adalah kesempatan yang sangat berharga bagi saya. Sebagai seorang trainer dan pembicara yang sering dipercaya untuk memberi pembekalan kepada jajaran karyawan di berbagai perusahaan, tentunya menyimpan banyak hal yang pantas untuk didengarkan pengalamannya terutama dalam usaha pengembangan diri maupun bisnis yang saya dan rekan-rekan tekuni.

Maka kepada Pak Yusef, saya dan teman-teman di TDA Joglo pun ngangsu kaweruh (berguru) tentang banyak hal. Tentang motivasi diri, tentang komunikasi bisnis, tentang strategi pemasaran, tentang filosofi hidup, dan segala macam seluk-beluk dan celah-celahnya. Tidak
cukup rasanya membicarakan semua itu hanya dalam waktu setengah malam atau beberapa jam saja. Kalau tidak karena Pak Yusef esok harus terbang ke Balikpapan pagi-pagi, rasanya malam itu kami akan wayangan (begadang).

Pokok bahasan lain yang sepertinya melecut semangat kami yang hadir, antara lain adalah tentang keberadaan kami masing-masing di dalam komunitas TDA. Komunitas yang di antara warganya memilik visi usaha, bisnis atau jiwa enterpreneurship yang sama. Tidak perduli
seberapa besar atau kecil skalanya.

Pak Yusef meyakinkan bahwa kami sudah berada di wadah yang tepat (on the right track). Diibaratkan oleh Pak Yusef bahwa kami sesama warga TDA sudah berada pada gelombang atau frekuensi yang sama. Sehingga apapun pokok bahasan yang dibicarakan, akan bertolak dari
landasan berpikir dan menuju ke muara yang sama visinya. Lebih mudah mendefinisikan dan lalu mencari solusi atas suatu masalah atau menangkap peluang-peluang, jika masing-masing orang atau individu itu sudah memiliki gelombang pikiran yang sama. Tinggal bagaimana masing-masing warga TDA ini mendayagunakannya untuk mengejar kesuksesan atau menggapai apa yang diimpikannya.

***

Diskusi belum selesai, dan mudah-mudahan tidak akan pernah selesai. Dengan begitu maka kita dan siapa saja menjadi terdorong untuk terus belajar dan belajar. Rencana-rencana lanjutan pun disiapkan. Bulan April ini rekan-rekan di TDA Semarang akan punya hajatan besar. Maka agenda kolaborasi TDA Jogja, Solo, Semarang dan sekitarnya, sedang digagas lebih lanjut.

Ke Semarang Pak Yusef berikutnya akan menuju. Di sana akan digelar Pestipal Angkringan bersama teman-teman dari JRU (Jaringan Rumah Usaha) Semarang, lalu ada TDA GTC Unissula (Goes to Campus Universitas Islam Sultan Agung), dan Pak Yusef pun akan kembali membagi ilmu dan pengalamannya.

Terima kasih Pak Yusef. Kami sangat menghargai waktu dan ketulusan Jenengan untuk berbagi dan berada di tengah warga TDA Jogja, Solo, Semarang dan sekitarnya. Keluarbiasaan Anda tidak cukup terwakili hanya dengancatatan pedek ini.

No comments: