Tuesday, December 22, 2009

Ibu ...

Rasanya tak akan pernah habis air mataku untuk ibuku. Dan aku sendiri tak pernah malu di hadapan siapapun aku menangis demi ibu. Dengan ibu banyak hal bisa menyebabkan aku cengeng. Tak pernah peduli apapun anggapan orang tentang kelelakian dengan tangisan. Bagiku tangis adalah hak juga bagian fitrah manusia, jadi tidak ada hubungannya dengan gender.

Hari Ibu, ketika sebagian masyarakat kita belum menganggapnya sesuatu yang penting, mampukah kita masing2 memberi makna khusus hari itu. Tak perlu diungkapkan ataupun dituliskan, tapi setidaknya apakah kita minimal ngeh bahwa dari rangkaian 365 hari dalam satu tahun, hari itu kita menyempatkan diri mengenang ibu (bagi yang telah almarhum), syukur bagi yang ibunya masih hidup sudahkah kita sekedar menelepon ketika mungkin kita jauh dengannya. Mengucap salam kepadanya sebagai ungkapan doa, menyapanya, mengucap terima kasih dan memohon ikhlas ridlonya, ataukah kita masing2 merasa terlalu sibuk dengan kehidupan dan pekerjaan masing2 sehingga merasa tidak ada sesuatu yang istimewa di hari itu untuk ibu?.


Aku sendiri merasa sangat bersyukur ketika 2 hari menjelang beliau dipanggil-Nya, aku masih menemainya dalam kondisi sehat. Maaf … aku menceritakannya kembali.


Ketika itu aku memaksa diri untuk ambil cuti kantor karena aku merasa harus ketemu dan sungkem ke Ibu. Entah, aku sendiri sejak merantau sekolah ke Jogja, tiap terbayang2 ibu aku merasa beliau sangat kangen, dan aku merasa perlu segera mengunjunginya. Sugestinya sedemikian kuat, sebab jika aku mencoba menundanya biasanya aku terkadang sakit, jatuh ataupun minimal perasaan gelisah. Perasaan itupun terulang. Dengan alasan sekalian menganter Salma liburan menjelang masuk kelas 1 SD aku memohon ijin ke De Yeyen untuk mengunjungi ibu. Singkatnya, Sabtu aku berangkat berdua dengan Salma rencananya pulang ke Jogja hari Selasa. Tapi hari Senin aku ditelepon kantor, Selasa diajak meeting mendadak. Aku pamit ke Ibu dan memastikan saat itu beliau sehat. Sakit yang beliau sering rasakan paling rematik di lututnya sehingga semingga sebelumnya ketika ponakanku mampir menyempatkan diri beliau pesen decker untuk menahan rasa rasikt di lutut khususnya ketika dipake sholat.


Hari Rabu sore selepas magrib dalam perjalanan sepulang jemput de Yeyen, ponakanku telepon mengabarkan aku harus pulang malam itu sebab Ibu MENINGGAL. Saat itu aku masih di depan Jogja Palace Hotel ? (Hotel Radisson). Kaget, jelas … sebab emang beliau ngga sakit. Setelahnya aku tahu beliau wafat dalam kondisi duduk di kursi, dalam keadaan berwudlu menjelang sholat magrib …. Subhanallah … innalillaahi wainna ilahi rojiuun. Doa beliau terkabul, beliau ingin meninggal gampang, tidak menyusahkan keluarga.


Terkadang bagiku dan istriku sepertinya beliau masih ada, semoga ini wujud kedekatan kami kepadanya. Aku masih jauh dari harapannya, tapi aku tetap yakin bahwa Allah akan mengabulkan harapan beliau untukku. Hutang terbesarku ke beliau adalah memberangkatkan haji. Makanya dalam beberapa tulisan blogku aku berharap pembaca mengamini doaku ini. Dan ketika doa itu terkabul para pembaca pun Insya Allah akan mendapatkan keberkahan dari-Nya.


Semasa hidupnya, Insya Allah beliau istiqomah sholat malam, membaca Surat Yasiin dan Arrahmaan, Sholat Dhuha. Insya Allah itu termasuk yang memudahkan Allah memanggilnya. Beliau bangun sekitar jam 3 pagi, ketika shubuh semuanya telah disiapkan minuman hangat, ada yang teh manis, kopi, susu, jahe. Ya … semuanya, bapak, anak, cucu, adik, ponakan sampe menantupun disiapkan.


Semuanya menjadi memori indah untuk kami. Menginspirasi langkah kami untuk mendedikasikan usaha kami demi beliau. Allah Maha Tahu, dan Allah Maha Mengabulkan segala doa hamba-Nya, doa ibuku untuk putra dan keturunannya. Dan hari itu aku merasa harus menambah porsi doaku untuk beliau walaupun aku yakin beliau telah mendapatkan tempat yang layak disisi-Nya sebab aku yakin beliau meninggal khusnul khotimah ….


Nah … saat ini ketika beliau sudah tiada, aku dan Salma, perhatian gantinya ke de Yeyen. Bangun tidur Salma telah memberikan hadiah kecil dibarengi pelukan dan ciuman ke Ibunya. De Yeyen sendiri terlalu sibuk nyiapin tugas audit ISO 9001 dan ISO 22000 untuk kantornya. Sarapan untuknya aku siapin, sekedar pingin memanjakan dan memberi perhatian lebih. Pingin mengajarkan ke anak, perlu sesuatu yang istimewa ke seorang Ibu, sebab dalam setiap langkahnya mereka telah memberikan keistimewaan ke kita, walaupun sebenarnya tak cukup tanggal 22 Desember aja ...

No comments: