Tuesday, September 29, 2009

Karena CINTA (Istri n Anak)

Ternyata begitu lama tulisan ini terputus n mandeg ngga update postingan. Asyik 'berproses' jadinya postingan terabaikan.

Salah satu pertimbangan aku resign dari kantor dulu, pingin lebih berkah. Waduh ... kok kayaknya sok bersih banget. Repotnya terkadang di masyarakat kita pingin bersih dibilang sok, bersikap jujur dibilang 'terlalu lurus' ... he he lurus kok dibilang terlalu, ato mungkin karena sudah begitu banyak yang bengkok sehingga yang lurus terlihat beda bahkan mungkin aneh, ngga umum ...

Sueeer ... terasa ngga nyaman ketika penyakit karyawan kumat, tiap ngumpul temen ngrasani bos, ngrasani kerjaan, merasa ngga imbang kerjaan n gajian. Implikasinya sering nyuri2 waktu n fasilitas untuk hal lain di luar kerjaan, entah komputer, internet, telepon dll.

Padahal semuanya kan nanti ada pertanggungjawaban. Ke Bos ato owner gampang aja, tokh mereka ngga tahu tiap detik n menitnya, tapi pertanggungjawaban ke Yaa Rabb sekecil apapun ngga akan ada yang terlewat. Nah.. ketika semuanya berusaha aku ganti dgn rintisan usahaku sendiri, Insya Allah pertanggungjawabanku hanya kepada Allah langsung.

Tak mudah menyampaikan alasan ini bahkan ke istri sekalipun yang sebenarnya saya belain. Reaksi pertama kaget ngga nyangka secepat itu, pinginnya 'amphibi' sampe semuanya 'siap'. Tapi pilhanku saat itu dah mantap dan Allah pun menyiapkan skenarionya begitu rapi n elegan. Ketika semua proses menuju lebih baik ini belum sepenuhnya mulus aku belum bisa banyak 'berjanji' lagi ke istri n anak. Kelak aku yakin mereka semuanya akan bener2 mengerti atas pilihanku itu, bahwa aku benar2 memilih demi mereka, setidaknya demi keberkahan mereka.

Hal lain, aku jadi lebih banyak punya waktu untuk mereka, walaupun sekarang malah jadi istriku yang lebih kurang punya waktu untuk kami, aku berusaha memaklumi sebagai pengorbanan dia demi cinta ke suami n anak juga ketika suaminya masih 'berproses' seperti saat ini.

Atas alasan keberkahan, kelonggaran waktu dan lainnya aku berusaha mewujudkan inilah bukti cintaku demi mereka. Dan akan terasa lebih lengkap jika wujud cintaku kepada mereka ini nantinya terimplikasi berupa materi yang lebih dibanding saat sebelum ini, semuanya hanyalah waktu aja ... aku yakin kok.

Luv u all, de Yeyen, Salma, n Nasywa semoga fantasi tentang rumah kita segera terwujud ...

Saturday, December 6, 2008

Karena CINTA I (Ibu)

(Tulisan ini mungkin agak panjang dan aku buat bersambung sebagai gambaran jawaban kenapa pada akhirnya aku akhir2 ini lebih konsen ke bisnis kuliner. Pertama karena alasan cinta Ibu, cinta Istriku, cinta anakku, dan terakhir cinta cashflow-nya he he)

Ketika bulan Dzulhijjah begini biasanya aku lebih banyak meneteskan air mata dibanding bulan2 yang lain. Ada catatan hutang besarku yang belum terbayar untuk Ibuku sampe beliau meninggal 13 Juni 2005 lalu (tepat satu bulan Bapak mertuaku meninggal 13 Mei tahun sama). Hutang tersebut adalah MEMBERANGKATKAN HAJI Bapak/Ibuku !. Ketika beberapa waktu lalu di televisi ada sinetron hikmah tentang tukang bubur yang berhasil memberangkatkan haji keluarganya, satu sisi aku geli (kebetulan sekarang aku juga jadi tukang bubur he he) sisi lain aku berharap aku bisa seperti cerita di sinetron tsb terlebih gambaran ibu yang diperankan Nani Wijaya mirip dengan gambaran ibuku keseharian apalagi kalo pake daster. Entah berapa kali sinetron yang digagas Ust. Yusuf Mansur tsb diputer aku ngga pernah bosan melihatnya, dan tetap istiqomah BERURAI air mata (mellooow banget!). Aku berharap siapapun yang membaca tulisan ini nantinya mampu mengamini niatku untuk tetap bisa membayar hutangku tsb kepada ibuku biarpun beliau telah tiada yang Insya Allah KHUSNUL KHOTIMAH. Ini permohonan serius, sehingga Insya Allah jika suatu saat aku telah membayar hutangku tsb tentulah jenengan semua teraliri keberkahan doanya. Amin yaa Rabbal 'alamiin...

Saat ini aku emang lebih konsen menekuni kuliner, dimulai Bubur Ayam Metropolis (ini lagi ancang2 nyari tempat untuk Metropolis-2 yang Insya Allah dibarengi kemunculan 'den Lembu; serba sapi). Ada beberapa alasan kenapa pada akhirnya aku lebih konsen ke kuliner, setelah perjalanan bisnisku yang lain. Salah satunya karena rasa cinta dan penghormatanku kepada Ibu. Lho ?!
Ya... penghormatanku ke Ibu !! Beliau yang banyak mengenalkanku tentang resep masakan, sampai saat ini aku merasa masakan beliau sik paling top markotop. Masakan dengan ditambahi bumbu ikhlas dan cinta beliau kepada keluarganya. Dengan begini aku merasa lebih mudah mengingat beliau, lebih merasa selalu dekat beliau, sebab seringkali aku dan istriku merasa beliau masih ada, terlebih kematian Ibu saat itu emang tidak didahului sakit seperti kebanyakan. Ibu meninggal dalam kondisi duduk di kursi, dalam kondisi BERWUDLU menjelang sholat maghrib, tanpa mengeluh sakit sebelumnya kecuali sakit rematik di lutut. Subhanallah...Insya Allah itu berkah keistiqomahan Ibu tirakat, puasa sunnah dan sholat malam beliau. Doa beliau terkabul, 'ketika ajal menjemput tidak ingin sakit terlebih dulu hingga merepotkan orang lain' Pingin rasanya kelak !

Alhamdulillah dua hari sebelumnya aku sempat memaksa pulang kampung bareng dengan Salma anakku. Emang sejak merantau sekolah SMA ke Jogja, tiap aku merasa teringat-ingat Ibu biasanya aku harus segera memaksa diri untuk pulang. Sebab kalo ngga biasanya entah aku yang sakit, atau malah celaka. Ini aku titeni (ingat) betul. Kalo pas begitu biasanya emang Ibu merasa kangen banget.
Saat itu rasa kangen ke Ibu muncul lagi. Setelah mendaftarkan anakku sekolah, sebenarnya posisi keuangan kosong sebab habis untuk bayar sekolah juga kontrakan. Bahkan untuk biaya pulang pergi berdua pas banget, makanya istriku sempat mengusulkan untuk menunda dulu sampe habis gajian, dia ngga enak kalo pulang nanti ngga 'ninggalin'. Nyampe ke Cepu, Bapak-Ibu sehat2 aja. Dua hari aku di sana, anakku minta ditinggal nanti diantar ponakanku. Hari Senin aku pamit ke Jogja lagi, hari Rabu aku ditelpon ponakanku mengabarkan Ibu meninggal.
Lho kok jadi cerita Ibu meninggal, ga papa biar Pembaca lebih punya gambaran.

Mungkin aku merasa menemukan passion di sini, walaupun aku sendiri ngga pernah merasa menyesal dengan semua perjalananku selama ini. Dan aku juga ngga peduli ketika aku dianggap ngga fokus hingga dianggap cuma dapet upil sekalipun. Aku mendasari semua perjalananku dalam pencarian ilmu dan hikmah. Sekali lagi ketika duit belum sepenuhnya aku dapatkan, maka minimal aku harus dapat ilmu dan hikmahnya. Hingga aku merasa semua perjalanan tersebut tidak sia-sia.

Bubur Ayam Metropolis adalah langkah awal aku memulai kuliner, dan Insya Allah prospeknya bagus (siap buka cabang baru nyari tempat yang prospek, setelah yang di Pakem di-pending), termasuk nantinya aku arahkan untuk model jual paket. Bersama temen, setelah BAM Insya Allah segera disusul paket yang lain. Ini salah satu wujud ungkapan cintaku ke Ibu, aku merasa lebih dekat ke Ibu, lebih mudah mengingat Ibu, dan hasil semua ini semoga nantinya mampu membayar hutangku ke Ibu : IBADAH HAJI. Amin yaa Rabbal 'alamiin.

(Bersambung : Karena Cinta II (Istriku))

Tuesday, December 2, 2008

Karena CINTA (intro)

Siang ini rasanya 'gatel' pingin nulis, lumayan waktu juga ga update blog.

Salah satu hal yang sangat mengasyikkan setelah resign dari kerja kantoran adalah aku mempunyai waktu bebas kemana aku pingin tanpa terganggu harus manut jadwal kantor. Pagi ini setelah nganter istri ke kantor berlanjut mampir Soto Ayam DALBIE di samping Telkomsel depan Bank Lippo Jl Sudirman (ini soto ayam paling JOSZ markojoz yang aku jumpai selama aku betah di Jogja, sebenere pernah aku ditawari resepnya 'maklum koneksi Gunungkidul-an' he he, tempatnya relatif sempit tapi ngantrinya...oya biasanya jam 1-an siang dah habis 25-30an ayam kampung jago!!! opo ora top markotop, lho kok malah promo soto ayam !!).
Selesai sarapan aku menuju Gramedia untuk baca2 (kalo tahu ayahnya ke Gramedia biasanya Salma sulungku akan protes kok ga ngajak2, padahal kalo sama dia biasanya 3 jam blm cukup).

Cape dari Gramedia aku nerusin hunting tempat nggo outlet Bubur Ayam Metropolis-2, karena danane rd cupet jadi nyarinya agak terbatas. Sementara konsentrasinya sekitaran kampus terpadu UII Jl. Kaliurang atau sekitaran Jl. Monjali deket Pom Bensin. Pandongane aja semuanya.

Mungkin aku blm pernah menjelaskan kenapa akhir2 ini aku lbh konsen ke kuliner dibanding tas natural dan sleeve laptopku yang lbh dulu muncul. Agak panjang cerita dan pertimbangannya, mungkin di postingan yang lain Insya Allah aku tulis. Yang ga tahu pertimbangannya mungkin akan menjustifikasi aku ga fokus, ming entuk 'upil' atau pun 'upo' (butiran nasi).

Setiap usaha yang aku lakukan, Insya Allah aku selalu mendasari diri dengan pencarian ilmu. Artinya ketika suatu saat mungkin duitnya ga dapet, minimal aku harus dapet ilmune, apapun ilmune. Dan berlatih tafakur ilmu hikmah. Jadi Insya Allah aku ga pernah merasa sia2 langkahku. Bawa ilmu ga berat, kalo pun belum kepake sendiri, ketika diamalkan ke orang lain Insya Allah nilainya akan beda.

Di samping ilmu, Insya Allah aku akhir2 ini mantap mengembangkan kuliner karena CINTA (ceile..). Bener karena cinta!!. Cinta kepada istriku, kpd anak2ku, alm. ibuku .... detailnya Isya Allah di tulisan yng lain.

Salam sukses !!!

Friday, November 7, 2008

Dahsyatnya Puting Beliung di sekitaran Kampus UGM


Deretan pedagang kaki lima di depan RS Sardjito banyak yang tertimpa pohon tumbang


Akar pohon beringin di depan Grha Sabha Pramana UGM sekitar sebulan lalu dipake pose Salma


Kemarin pohon tersebut tercabut akarnya, indikasi kekuatan puting beliung yang telah memporakporandakan sekitaran kampus UGM Yogyakarta


Sekitaran perumahan dosen UGM (Sekip)


Pengumuman libur sementara sekolah Salma



Kondisi sekolah Salma (SD Percobaan 2 Sekip UGM)


Satu contoh papan billboard yang rontok (sepanjang jalan Kaliurang ini banyak billboard yang hancur), lemabaran billboard Bank Mandiri ini sempat 'terbang' nyampe Fakultas MIPA berjarak sekitar 100m


Jogja Medianet berantakan juga !

Friday, September 26, 2008

Ilmu Rejeki

Pendasaran ilmu rejeki bs banyak banget. Teori matematika ekonomi aja ga cukup, sebab seringkali hitungannya ga mesti 1+1=2 dan 2-1=1.

Aku ga pingin menjelaskan dasaran teoria mana yang aku pake. Aku hanya mencoba menceritakan ilustrasi di keluargaku. Bapak-Ibu adalah seorang wiraswasta di kampung. Sebelum aku lahir sampe aku umur setahun sepertinya keluargaku termasuk pedagang sukses di kampung terlihat dari photo2 kenangan keluargaku, sebelum kemudian bangkrut oleh fitnah 'pesugihan'. Kemudian Bapak-Ibu buka warung makan di deket stasiun, ini juga lumayan laris sebelum kemudian Bapak ganti usaha bengkel sepeda (sampe sekarang) dan Ibu sempat jual beli gabah, jagung untuk di setor ke gudang (untuk yang ini aku SMP sempat terlibat).

Selama perjalanan perekonomian keluargaku, tanggungan Bapak-Ibu pernah sampe sekitar 15-an orang di rmh. Disamping 6 anak, Bpk-ibu msh menanggung adik2 bapak karena ditinggal wafat mbah Putri, anak2 Padhe, anak2 Budhe termasuk beberapa kuli Ibu. Tanggungannya ga cuma makan pakaian tapi juga sekolah. Sampe aku SMA selalu saja ada yang keluar masuk di keluargaku. Sepintas Ibu orangnya galak, tapi hampir semuanya krasan dgn sifat ngemong ibu. Entah sudah berapa yang lahir dan meninggal di rumah Bapak-ibuku.

Ketika kemudian satu persatu 'mentas' ataupun meninggal, terakhir di rumahku masih ada Pakdhe kakak Bapak, dan adikku plus keluarganya. Logika matematikanya, ketika tanggungan berkurang tentunya ada penghasilan yang tersisa. Perbandingannya, penghasilan Bapak-Ibu saat 'ngopeni' 15-an sampe 10-an orang tentunya akan 'turah2' jika hanya dipake untuk 5 orang. Tapi sepertinya rumusan itu kok ga berlaku. Ketika 15-an orang ga pernah terasa kurang2, tapi ketika 'hanya' 5 orang kok yo ora turah2.

Yang saya salut dengan Ibuku adalah didikan laku prihatin dan jiwa sosialnya. Tak pernah dendam walaupun didholimi termasuk ketika difitnah 'pesugihan' oleh saudara Ibu sendiri karena persaingan bisnis. Puasa sunnah dan sholat malam adalah rutinitas Ibu hingga mungkin itulah salah satu 'kunci' kecukupan Ibu ngemong segitu banyak tanggungan, termasuk kunci beliau dimudahkan wafatnya dalam kondisi BERWUDLU dan duduk di kursi tanpa didahului sakit sebelumnya. Subhanallah....(maaf ketika menulis kalimat ini tak terasa aku meneteskan airmata). Masih banyak hutangku kepadanya yang blm terbayar termasuk memberangkatkan haji beliau.

Dan bapakku adalah pekerja keras yang ikhlas. Ketika aku dan yang lain di sekolahkan, termasuk aku dan kakakku sampe sarjana bapak ga pernah menuntut aku harus kerja sesuai bidang ilmuku, menurut beliau kewaaajibn orang tua adalah mendidik dan mencarikan ilmu, selebihnya adalah tanggung jawab masing2 untuk dipake ilmu itu. Salah satu yang mempercepat aku resign dari perusahaan adalah dorongan Bapak untuk segera buka usaha sendiri, setelah sebelumnya aku menunda karena 'ngemong' atine istriku dan keluarga mertuaku.

Sekali lagi, tentang rejeki menurutku lebih penting mendasari ilmu dalam pencarian dan penjemputannya. Sebab semuanya sudah dijatah oleh-Nya. Tinggal kita mau mengambilnya pake sendok dan gelas, sekop dan keranjang, pake motor, mobil atau truk sekalian ini yang akan membedakan kita dapetnya sedikit atau banyak. Dan dengan ilmu tadi kita akn dapet yang berkah atau malah mudlorot.