Saturday, December 6, 2008

Karena CINTA I (Ibu)

(Tulisan ini mungkin agak panjang dan aku buat bersambung sebagai gambaran jawaban kenapa pada akhirnya aku akhir2 ini lebih konsen ke bisnis kuliner. Pertama karena alasan cinta Ibu, cinta Istriku, cinta anakku, dan terakhir cinta cashflow-nya he he)

Ketika bulan Dzulhijjah begini biasanya aku lebih banyak meneteskan air mata dibanding bulan2 yang lain. Ada catatan hutang besarku yang belum terbayar untuk Ibuku sampe beliau meninggal 13 Juni 2005 lalu (tepat satu bulan Bapak mertuaku meninggal 13 Mei tahun sama). Hutang tersebut adalah MEMBERANGKATKAN HAJI Bapak/Ibuku !. Ketika beberapa waktu lalu di televisi ada sinetron hikmah tentang tukang bubur yang berhasil memberangkatkan haji keluarganya, satu sisi aku geli (kebetulan sekarang aku juga jadi tukang bubur he he) sisi lain aku berharap aku bisa seperti cerita di sinetron tsb terlebih gambaran ibu yang diperankan Nani Wijaya mirip dengan gambaran ibuku keseharian apalagi kalo pake daster. Entah berapa kali sinetron yang digagas Ust. Yusuf Mansur tsb diputer aku ngga pernah bosan melihatnya, dan tetap istiqomah BERURAI air mata (mellooow banget!). Aku berharap siapapun yang membaca tulisan ini nantinya mampu mengamini niatku untuk tetap bisa membayar hutangku tsb kepada ibuku biarpun beliau telah tiada yang Insya Allah KHUSNUL KHOTIMAH. Ini permohonan serius, sehingga Insya Allah jika suatu saat aku telah membayar hutangku tsb tentulah jenengan semua teraliri keberkahan doanya. Amin yaa Rabbal 'alamiin...

Saat ini aku emang lebih konsen menekuni kuliner, dimulai Bubur Ayam Metropolis (ini lagi ancang2 nyari tempat untuk Metropolis-2 yang Insya Allah dibarengi kemunculan 'den Lembu; serba sapi). Ada beberapa alasan kenapa pada akhirnya aku lebih konsen ke kuliner, setelah perjalanan bisnisku yang lain. Salah satunya karena rasa cinta dan penghormatanku kepada Ibu. Lho ?!
Ya... penghormatanku ke Ibu !! Beliau yang banyak mengenalkanku tentang resep masakan, sampai saat ini aku merasa masakan beliau sik paling top markotop. Masakan dengan ditambahi bumbu ikhlas dan cinta beliau kepada keluarganya. Dengan begini aku merasa lebih mudah mengingat beliau, lebih merasa selalu dekat beliau, sebab seringkali aku dan istriku merasa beliau masih ada, terlebih kematian Ibu saat itu emang tidak didahului sakit seperti kebanyakan. Ibu meninggal dalam kondisi duduk di kursi, dalam kondisi BERWUDLU menjelang sholat maghrib, tanpa mengeluh sakit sebelumnya kecuali sakit rematik di lutut. Subhanallah...Insya Allah itu berkah keistiqomahan Ibu tirakat, puasa sunnah dan sholat malam beliau. Doa beliau terkabul, 'ketika ajal menjemput tidak ingin sakit terlebih dulu hingga merepotkan orang lain' Pingin rasanya kelak !

Alhamdulillah dua hari sebelumnya aku sempat memaksa pulang kampung bareng dengan Salma anakku. Emang sejak merantau sekolah SMA ke Jogja, tiap aku merasa teringat-ingat Ibu biasanya aku harus segera memaksa diri untuk pulang. Sebab kalo ngga biasanya entah aku yang sakit, atau malah celaka. Ini aku titeni (ingat) betul. Kalo pas begitu biasanya emang Ibu merasa kangen banget.
Saat itu rasa kangen ke Ibu muncul lagi. Setelah mendaftarkan anakku sekolah, sebenarnya posisi keuangan kosong sebab habis untuk bayar sekolah juga kontrakan. Bahkan untuk biaya pulang pergi berdua pas banget, makanya istriku sempat mengusulkan untuk menunda dulu sampe habis gajian, dia ngga enak kalo pulang nanti ngga 'ninggalin'. Nyampe ke Cepu, Bapak-Ibu sehat2 aja. Dua hari aku di sana, anakku minta ditinggal nanti diantar ponakanku. Hari Senin aku pamit ke Jogja lagi, hari Rabu aku ditelpon ponakanku mengabarkan Ibu meninggal.
Lho kok jadi cerita Ibu meninggal, ga papa biar Pembaca lebih punya gambaran.

Mungkin aku merasa menemukan passion di sini, walaupun aku sendiri ngga pernah merasa menyesal dengan semua perjalananku selama ini. Dan aku juga ngga peduli ketika aku dianggap ngga fokus hingga dianggap cuma dapet upil sekalipun. Aku mendasari semua perjalananku dalam pencarian ilmu dan hikmah. Sekali lagi ketika duit belum sepenuhnya aku dapatkan, maka minimal aku harus dapat ilmu dan hikmahnya. Hingga aku merasa semua perjalanan tersebut tidak sia-sia.

Bubur Ayam Metropolis adalah langkah awal aku memulai kuliner, dan Insya Allah prospeknya bagus (siap buka cabang baru nyari tempat yang prospek, setelah yang di Pakem di-pending), termasuk nantinya aku arahkan untuk model jual paket. Bersama temen, setelah BAM Insya Allah segera disusul paket yang lain. Ini salah satu wujud ungkapan cintaku ke Ibu, aku merasa lebih dekat ke Ibu, lebih mudah mengingat Ibu, dan hasil semua ini semoga nantinya mampu membayar hutangku ke Ibu : IBADAH HAJI. Amin yaa Rabbal 'alamiin.

(Bersambung : Karena Cinta II (Istriku))

Tuesday, December 2, 2008

Karena CINTA (intro)

Siang ini rasanya 'gatel' pingin nulis, lumayan waktu juga ga update blog.

Salah satu hal yang sangat mengasyikkan setelah resign dari kerja kantoran adalah aku mempunyai waktu bebas kemana aku pingin tanpa terganggu harus manut jadwal kantor. Pagi ini setelah nganter istri ke kantor berlanjut mampir Soto Ayam DALBIE di samping Telkomsel depan Bank Lippo Jl Sudirman (ini soto ayam paling JOSZ markojoz yang aku jumpai selama aku betah di Jogja, sebenere pernah aku ditawari resepnya 'maklum koneksi Gunungkidul-an' he he, tempatnya relatif sempit tapi ngantrinya...oya biasanya jam 1-an siang dah habis 25-30an ayam kampung jago!!! opo ora top markotop, lho kok malah promo soto ayam !!).
Selesai sarapan aku menuju Gramedia untuk baca2 (kalo tahu ayahnya ke Gramedia biasanya Salma sulungku akan protes kok ga ngajak2, padahal kalo sama dia biasanya 3 jam blm cukup).

Cape dari Gramedia aku nerusin hunting tempat nggo outlet Bubur Ayam Metropolis-2, karena danane rd cupet jadi nyarinya agak terbatas. Sementara konsentrasinya sekitaran kampus terpadu UII Jl. Kaliurang atau sekitaran Jl. Monjali deket Pom Bensin. Pandongane aja semuanya.

Mungkin aku blm pernah menjelaskan kenapa akhir2 ini aku lbh konsen ke kuliner dibanding tas natural dan sleeve laptopku yang lbh dulu muncul. Agak panjang cerita dan pertimbangannya, mungkin di postingan yang lain Insya Allah aku tulis. Yang ga tahu pertimbangannya mungkin akan menjustifikasi aku ga fokus, ming entuk 'upil' atau pun 'upo' (butiran nasi).

Setiap usaha yang aku lakukan, Insya Allah aku selalu mendasari diri dengan pencarian ilmu. Artinya ketika suatu saat mungkin duitnya ga dapet, minimal aku harus dapet ilmune, apapun ilmune. Dan berlatih tafakur ilmu hikmah. Jadi Insya Allah aku ga pernah merasa sia2 langkahku. Bawa ilmu ga berat, kalo pun belum kepake sendiri, ketika diamalkan ke orang lain Insya Allah nilainya akan beda.

Di samping ilmu, Insya Allah aku akhir2 ini mantap mengembangkan kuliner karena CINTA (ceile..). Bener karena cinta!!. Cinta kepada istriku, kpd anak2ku, alm. ibuku .... detailnya Isya Allah di tulisan yng lain.

Salam sukses !!!